NARDI T. NIRWANTO SA.
Founding Father Kyokushin Karate in Indonesia
Sept 7, 1939 - Sept 22, 2009
Nardi T.Nirwanto S.A. yang lahir di desa kecil Karangploso, Kabupaten Malang pada 7 September 1939, memang gemar akan berbagai olah raga sejak usia muda. Tertarik akan Seni Beladiri Karate sudah dimulai sejak tahun 1957 saat masih duduk di bangku SMA. Master Oyama mulai membuka dojo sekitar tahun 1953 dan pada Februari 1957 meresmikan berdirinya aliran karate termuda, Kyokushinkai yang sudah mempunyai beberapa ratus anggota. Keadaan ini diketahuinya kemudian saat membaca di salah satu majalah yang terbit di Tanah Air yang mengisahkan riwayat Grand Karate Master Masutatsu Oyama. (Mas Oyama). Perjuangan Mas Oyama ini sangat memikat hatinya, karena sanggup mengangkat nama karate untuk bangkit kembali. Kala itu Karate sering dicemoohkan sebagai seni tari belaka.
Mulai tahun 1959 Nardi T.Nirwanto S.A.berkorespondensi dengan Master Oyama secara tetap dan teratur, dibantu Bapak Mas Agung dari Toko Buku Gunung Agung. Beliau bersimpatik dan membantu Nardi untuk mencarikan alamat Mas Oyama di Jepang karena yang diketahui hanya Ikebukuro, Tokyo dan beliau sering berkunjung ke Jepang dalam bisnisnya. Beliau juga membantu menyelesaikan Membership Card Nardi pada KYOKUSHINKAI KAN Tokyo Honbu. Berbagai buku Mas Oyama seperti What is Karate, This is Karate, Advanced Karate sempat dimilikinya dan dibaca serta dipelajarinya saat itu. Setelah memendam keinginan selama hampir 7 tahun (1957-1964), maka baru pada sekitar tahun 1964 pada usia 25 tahun, Nardi dapat belajar teknik-teknik Karate secara nyata dari seorang Jepang yang dikenalnya pada masa kerja pulang balik Jakarta-Jawa Timur, beliau bernama Yoshida Sensei. Banyak falsafah karate yang dipetiknya dari guru sekaligus sahabatnya ini. Setelah hampir tiga tahun mencoba mendalami dasar dasar karate secara lahir bathin dengan tekun, disandangnya tingkatan DAN I, hasil penilaian dan kelayakan dari Yoshida sensei.
Setelah merintis berdirinya Perguruan ini pada tanggal 7 Mei 1967 di kota Batu Malang dengan nama Pembinaan Mental Karate Go No Sen, semakin keras keinginan Nardi untuk memperdalam Kyokushinkai Karate di pusatnya di Tokyo. Karena belum memperoleh keresmian dari Induk Organisasi di Tokyo Honbu, maka nama Perguruan tetap PEMBINAAN MENTAL KARATE GO NO SEN. Go No Sen berarti secara sederhana:Bertahan adalah menyerang. Defensive is offensive atau secara lebih luas: Bertahan adalah sikap utama Karateka dan menyerang (membalas) hanyalah karena keterpaksaan. Karateka mendahulukan sikap menahan diri dan bertahan diri. Pada akhir 1967 telah berlatih sekitar 150 remaja dan pemuda bahkan orang dewasapun tertarik untuk ikut didalamnya dan resmi terdaftar sebagai anggota benih Perguruan ini.
Pada tahun 1970 Nardi T. Nirwanto S.A. dengan dana yang sangat minim berkesempatan memperdalam Kyokushinkai Karate di Kyokushin-Kai Kan International Tokyo pada "Special Black Belt Course for Instructors". Sebelum berangkat ke Tokyo, Nardi harus tertahan di Singapura selama lebih dari 2 bulan karena faktor dana yang tiba-tiba macet. Dana yang tersedia hanya cukup untuk tiket sekali jalan (one way ticket), sehingga menjadi hambatan untuk memperoleh visa tinggal di Jepang. Apalagi tidak ada orang di Tokyo yang bersedia menjamin Nardi tinggal di Jepang.
Tanpa putus asa, dengan satu keyakinan bahwa bantuanNya pasti datang, hampir setiap pagi-pagi buta didatanginya Kedubes Jepang di Singapura untuk meminta dispensasi visa. Selama menunggu di Singapore, Nardi berlatih di Dojo Peter Chong. Akhirnya terjadi keajaiban, oleh Kepala Bagian Imigrasi pada Kedubes Jepang di Singapura, atas perkenan Duta Besar Jepang di Singapura, Nardi diberi ijin tinggal dengan segala kekurangannya selama enam bulan di Jepang dan bisa diperpanjang apabila diperlukan.
Setibanya di Haneda airport Tokyo, tanpa diduga Nardi telah dijemput oleh 3 orang sambil merentangkan spanduk bertuliskan "Selamat datang Tuan Nardi T. Nirwanto S.A. wakil dari Indonesia", dan salah seorang melambaikan Sang Saka Merah Putih. Mereka adalah Sdr. Yan Okuyama dari Tokyo, Mr. Atsushi Kanamori dari Nagoya, orang yang ketiga adalah Mr.Yoshio Kanamori yang sebelumnya hanya dikenal lewat korespondensi saja. Oleh Master Oyama Nardi diperkenankan menempati kamar di tingkat dua Apartment kecil yang berada dibelakang Honbu.
Latihan ternyata sangat ketat dan padat serta berat. Khusus yang harus diikuti Nardi setiap hari, karena memang datang ke Tokyo bukan sebagai anggota biasa yang berlatih rata rata dua kali seminggu, tetapi Nardi harus berlatih setiap hari sepanjang minggu, yaitu dari pukul 10.00 - 12.30, lalu dari pukul 15.00 - 17.30 dan pukul 19.00 - 21.30 dengan Jiyu Kumite yang setiap minggunya tidak kurang dari 6 - 8 kali, satu lawan satu, belum lagi setiap hari pasti ada Kumite Bergantian, berhadap hadapan dengan bergesar sehingga masing-masing berjumpa satu sama yang lain. Pada saat berangkat berat badan Nardi 93 Kg merosot dengan drastis setelah 3 bulan berlatih menjadi 72 Kg. Mereka yang berlatih seminggu dua kali saja banyak yang tidak masuk karena rasa sakitnya yang tentunya belum hilang akibat free fighting ini.
Dalam waktu satu bulan latihan mencapai jumlah sekitar 90 kali, padahal biasanya seminggu anggota biasa berlatih dua kali maksimal, sehingga dalam waktu satu bulan anggota berlatih sebanyak 9 kali. Dalam perbandingan ini, satu bulan latihan bagi Nardi sama dengan sepuluh bulan latihan anggota biasa, paling sedikit.
Atas dasar ketekunan, semangat, tahan uji dan kesungguhan Nardi berlatih di Honbu, maka secara pribadi dan organisasi diberikan Piagam Penghargaan khusus dari Mas Oyama saat sebelum kembali ke Indonesia yang disimpannya hingga kini. Kembali dari Tokyo Nardi memantapkan tingkatan dari Yoshida sensei, yaitu DAN I dari Tokyo Honbu sebagai hasil mengikuti Special Black Belt Course For Instructors. Akhir tahun 1970 Nardi kembali ke Indonesia.
Bulan Juli 1971 Tokyo Honbu meningkatkan Nardi ke DAN II dan akhir 1972 secara khusus Nardi ke Jepang lagi dan tinggal beberapa saat serta mengikuti ujian dan memperoleh tingkatan DAN III, bersamaan dengan diselenggarakannya All Japan Karate Open Tournament. Pada All Japan Karate Open Tournament 1972 Master Oyama meminta Nardi berdiri diatas podium pertandingan sambil memberikan Tanda Penghargaan Khusus baik atas nama pribadi maupun Kyokushinkai-Kan, menyatakan dihadapan penonton bahwa Nardi adalah Branch Chief dan Chief Instructor untuk Indonesia serta dukungannya yang kuat.
Pada World Open Karate Tournament II tahun 1979 Nardi diberi kenaikan tingkat menjadi DAN IV di Tokyo.
Pada Kejuaraan Asia Pasifik di Jakarta tahun 1981, oleh Master Oyama, tingkatan Nardi dinaikkan menjadi DAN V yaitu tingkatan tertinggi secara efektif bagi seorang karateka, sedang tingkatan diatasnya adalah lebih bersifat penghargaan dan penghormatan.
Nardi merupakan orang pertama dari Indonesia yang memperdalam Aliran Kyokushin Karate pada Tokyo Honbu dibawah Master Oyama sebagai Bapak dan Pendiri Sistim Full Body Contact ini dan merupakan orang pertama yang membawa Kyokushinkai Karate masuk Indonesia.